Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 13 Januari 2014

POTRET SISI JALAN MINGGU KE 12

LIPI Buat Marka Jalan Berbahan Karet dan Lebih Efektif

Satu lagi inovasi dari para peneliti di Indonesia



LIPI Buat Marka Jalan Berbahan Karet (BULAN NOVEMBER 2011)


Untuk memberi nilai tambah bagi produksi karet lokal, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan karet alam sebagai komponen penyusun marka jalan.

KEUNGGULAN:
·        Bahan baru ini lebih awet dan ramah lingkungan ketimbang material yang saat ini digunakan.
·        Lebih Murah serta mudah dalam perawatan
·        Tidak menggunakan bahan kimia yang dapat membahayakan dan merusak lingkungan.

Indonesia adalah negara penghasil karet alam terbesar kedua di dunia. Namun sebagian besar ekspor material ini diimpor ke luar negeri sebagai bahan baku. Peneliti dari Pusat Penelitian Kimia LIPI, Athanasia Amanda Septevani, mengembangkan inovasi itu dengan memanfaatkan bahan baku karet alam dari petani.

Di laboratorium, ia memecahkan ikatan rangkap yang ada pada karet dan mencangkokkannya dengan molekul lain untuk mencegah pembentukan ikatan rangkap. Material ini dicampur dengan zat lain, termasuk pewarna, seperti putih, merah, dan kuning, sesuai dengan keperluan.



"Marka jalan buatan kami mengandung 20 persen karet alam," ujar Athanasia kepada Tempo di Gedung Bidakara, Jakarta.

Pada saat ini marka jalan umumnya terbuat dari resin kimia yang disebut methyl methacrylat (MMA). Bahan ini merupakan olahan dari minyak bumi yang berdampak buruk terhadap lingkungan. Penggunaan MMA sendiri mulai dikurangi di dunia internasional.



Dibandingkan dengan MMA, marka jalan berbahan karet bersifat ramah lingkungan.

Marka dari karet ini juga dapat mencengkeram aspal lebih kuat lantaran sifat alamiah karet. Pengujian tekanan menunjukkan material asli Indonesia ini lebih tahan terhadap keretakan. "Marka jalan berbahan kimia sangat mudah patah atau retak,"

Selama dua tahun penelitian, Athanasia mampu menghasilkan material berkualitas menengah, jauh lebih baik daripada sebagian besar marka jalan di Indonesia, yang masih berkualitas rendah.

Dari segi harga, marka jalan buatan LIPI sangat kompetitif. Jika dilepas ke pasar, material ini dibanderol seharga Rp 28 ribu per kilogram. Harga ini jauh lebih hemat dibanding marka jalan kimia yang umumnya berharga setidaknya Rp 30 ribu per kilogram.

Selain kebutuhan pasar yang amat menjanjikan, pasokan bahan baku tak akan kekurangan. Produksi tahunan karet alam Indonesia mencapai 2,7 juta ton. Dari jumlah ini, 15 persen diolah menjadi produk bernilai tinggi, seperti ban, lateks, dan produk alas kaki. Sedangkan 85 persennya diekspor ke luar negeri sebagai bahan mentah yang belum diolah. Karet tak bernilai tambah inilah yang dibidik LIPI sebagai bahan baku pembuatan marka jalan.

Tahun depan, LIPI masih berupaya meningkatkan kualitas material ini agar bisa menyamai marka jalan berbahan MMA berkualitas nomor wahid. Beberapa perusahaan sudah berkomitmen memproduksi material yang sedang dalam proses pengurusan hak pateni

Jika produksi massal sudah dilakukan, LIPI berharap produk ini segera dipakai perusahaan pembangunan jalan raya untuk membuat separator jalan raya, area parkir, zebra cross, dan penunjuk arah.

 Ini adalah bukti kreatifitas yang bisa digunakan sebagai produk yang baru dan memiliki nilai efektifitas yang lebih dalam penggunaannya meliputi lebih ramah lingkungan ,lebuh murah dan lebih memanfaatkan hasil alam yang ada sehingga tentu akan dapat membantu perekonomian petani karet tidak hanya di ekspor keluar negeri sebagai bahan baku disana juga bisa diolah disini menjadi bahan yang memiliki nilai guna yang baik.

TERIMA KASIH SEMOGA BERMANFAAT



Rabu, 01 Januari 2014

POTRET SISI JALAN MINGGU KE -11

Kurangi macet, DKI Jakarta beli 656 bus pada Januari 2014



- DKI Jakarta berencana mendatangkan 656 bus Januari mendatang. Tujuannya, tak lain, untuk mengurangi kemacetan akut di ibu kota dan sekitarnya.
"Mengurangi penggunaan mobil dan motor pribadi yang menjadi penyebab kemacetan," ujar Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono saat Seminar Nasional Mobil Murah dan Kemacetan Jakarta, di Jakarta, Sabtu (21/12).
Dia menjelaskan, 656 bus itu terdiri dari Trans-Jakarta dan bus sedang yang bakal dioperasikan sebagai Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway (APTB) serta Kopaja. Tahun ini, Pemprov menyiapkan 310 Trans-Jakarta baru dan 346 bus medium.
"Kami ingin kembali meningkatkan para pengguna sarana transportasi umum."
Menurut Udar, pengguna transportasi umum di Jakarta sudah menurun sejak 22 tahun silam. Pada 1991, sebanyak 74 persen masyarakat masih menggunakan kendaraan umum. Itu terus turun, hingga pada 2012 hanya tinggal 12 persen.
"Apakah kita kan membiarkan angka itu merosot terus? Tidak. Kalau kita memihak kendaraan pribadi jalanan akan tertutup kendaraan," ungkapnya.
Data Dinas Perhubungan DKI menyebutkan, pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi sangat pesat. Sialnya, itu tidak diimbangi dengan pertumbuhan jalan yang hanya sebesar 0,1 persen per tahun.
"Tahun 2010 jumlah kendaraan 2,7 juta, sehingga nanti diperkirakan tahun 2014 akan 3 juta. Bagaimana menurunkan angka itu, dengan memancing rekan-rekan Jakarta naik angkutan masal."

 SARAN :
PENAMBAHAN ANGKUTAN UMUM MERUPAKAN SUATU SOLUSI MENGATASI MACET ,TERUTAMA KEMACETAN YANG ADA DI JAKARTA SEKARANG INI ,DENGAN HANYA PENYULUHAN UNTUK MENGGUNAKAN ANGKUTAN UMUM TIDAK AKAN DAPAT MENGATASI KEMACETAN KARENA MASIH ADANYA ORANG YANG LEBIH MEMILIH MENGGUNAKAN KENDARAAN PRIBADI.

DENGAN PENAMBAHAN MODA TRANSPORTASI UMUM INI DIHARAPKAN KETERTARIKAN MASYARAKAT DAPAT BERPINDAH MENGGUNAKAN TRANSPORTASI PUBLIK AGAR BERSAMA-SAMA DAPAT MENGURANGI KEMACETAN KARENA SEKARANG INI JUMLAH KENDARAAN PRIBADI YANG SANGAT BANYAK.


MEREKA HARUS DIPAKSA UNTUK BERPINDAH MENGGUNAKAN ANGKUTAN UMUM DAN MEMPERSULIT PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI,SELAIN ITU HARUS DIIMBANGI DENGAN FASILITAS KENDARAAN UMUM YANG MEMADAHI, NYAMAN, TEPAT WAKTU DAN MEMENTINGKAN UNSUR KESELAMATAN (be safety).

                                                                                Terima kasih


Sumber : Merdeka.com